Iket Kain Segi Empat KL09 Ukuran 100x100 cm
Produk Distro Kain Abah Uha
(Terjual)
Iket Kain Segi Empat KL10 Ukuran 100x100 cm
Rp100.000,- /Pcs
(Pre-Order)
Iket Kain Segi Empat KL10 Ukuran 100x100 cm
(Terjual)
Iket Kain Segi Empat KL01 Ukuran 100x100 cm
(Terjual)
Keterangan:
Warna, corak, dan motif semua iket kain segi empat (bujur sangkar) tergantung ketersediaan bahan baku di pasar. Kami tidak bisa menjanjikan adanya kain yang serupa kecuali kain segi empat yang motifnya sudah sangat umum.
Harga kain iket segi empat tergantung dari kualitas bahan baku dan ketersediaan di pasar. Selain itu kesulitan desain seperti disablon, dibordir, dicetak, dan digambar manual seperti batik tulis harganya lebih mahal.
OPINI DAN BERITA KASUNDAAN
Cinta Budaya Daerah
Oleh Kang Pree
Ketika ditanya mengenai kecintaan terhadap kebudayaan daerah, banyak yang menjawab "kami cinta budaya daerah", bahkan di antara mereka memberikan pernyataan seperti ini "Tidak disebut cinta negara jika tidak cinta budaya daerah. Kebudayaan deerah adalah kekayaan bangsa yang perlu dilestarikan". Pernyataan-pernyataan seperti itu sering kita dengar namun jarang terlihat orang yang mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh sederhana, mereka hanya tahu baju pangsi Sunda tanpa tahu bagaimana "cacagan" pangsi adat Sunda asli yang merupakan warisan leluhur, mereka tahu iket Sunda segi empat tetapi tidak bisa mengenakannya, mereka lebih tahu Gunung Tangbuban Parahu sebagai tempat wisata ketimbang sejarahnya.
Kondisi tersebut memang wajar dan kita tidak bisa serta-merta menyalahkan mereka. Ini terjadi karena dipengaruhi banyak faktor seperti pendidikan, ekonomi, dan politik. Di negara lain, orang yang berprofesi di bidang budaya didukung penuh oleh pemerintah sehingga mereka dengan "leluasa" mampu melestarikan dan mengembangkan budaya. Dukungan pemerintah tersebut bisa berupa peralatan, dana, dan pelatihan. Di Indonesia sendiri, orang lebih mengutamakan ekonomi ketimbang memikirkan kebudayaan yang menurut beberapa orang tidak bisa memberikan keuntungan finansial. Mereka berfikir, "Untuk apa budaya kalau keluarganya tidak sekolah dan tidak makan".
Namun demikian, tentu saja tidak semua orang beranggapan seperti itu, Abah Uha contohnya. beliau sangat mencintai budaya daerah Sunda dan mendidik putra-putrinya agar mencintai budaya Sunda. Meski tidak ada dukungan dana dari pemerintah daerah, beliau merasa yakin bahwa dengan mengembangkan budaya Sunda, maka ekonomi pun dapat terangkat. Terbukti dengan Distro Kai yang beliau dirikan sebagai tempat usaha kecil-kecilan yang menjual beragam produk kasundaan seperti iket Sunda, tas koja, kalung kujang, dan baju adat Sunda.
Meski di tempat yang tidak terlalu luas, produk-produk yang ditawarkan di Distro Kai Abah Uha ini lumayan laku hingga boleh dikatakan mampu menghidupi keluarganya. Para pekerja yang notabene adalah masyarakat sekitar pun ikut merasakan hasil usahanya tersebut. Bukan hanya itu, beliau mengimpelemtasikan kecintaan terhadap budaya daerah melalui pakaian biasa dipakai sehari-hari, beliau tidak pernah lepas mengenakan iket segi empat, bahkan cucunya yang bernama Abdul Fatah Dzikrullah pun sengaja dipakaikan iket segi tiga di kepalanya yang masih berukuran kecil.
Abdul Fatah Dzikrullah
(Cucu Abah Uha Distro KAI)
Abdul Fatah Dzikrullah
(Cucu Abah Uha Distro KAI)
Kalau kita perhatikan, anak seusia Abdul Fatah Dzikrullah pun pantas mengenakan pakaian tradisional Sunda meskipun masih terbatas pada iket (Ikat Kepala). Maksud beliau bukan untuk pamer busana tetapi sekedar memperrlihatkan kepada masyarakat sekitar, bahwa kecintaan budaya daerah dapat dilatih sejak usia dini.
Yuk, kita coba melestarikan budaya Sunda! Mulai dari diri kita, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari sekarang seperti yang diperlihatkan Abah Uha (pengelola Distro KAI) melalui iket yang dipakai oleh cucunya.
Cmiiw...
Iket Kain Segi Empat, Opini dan Berita